[Review] Travis – The Boy with No Name

TRAVIS
THE BOY WITH NO NAME
2007 (Independiente)

Akhirnya, Travis kembali menelurkan album baru mereka. Kali ini dengan atmosfer yang sangat ’Travis’, tidak seperti album anomali mereka ”12 Memories”. Memang, tidak terasa tiga tahun telah berlalu setelah album ”Singles” dan empat tahun setelah ”12 Memories”, jadi album ini memang layak untuk ditunggu. Sayangnya, album ini tidaklah sehebat album kedua mereka “The Man Who”, apalagi kalau baru didengarkan sekali saja. Tapi janganlah membuat suatu penilaian mengenai album ini sebelum mendengarkannya beberapa kali. Karena setelah CD (atau kaset, bagi para pengusung teknologi konvensional) nya telah dimainkan beberapa kali di player Anda, maka album ini akan terdengar sangat menyenangkan terutama untuk menjadi pendamping saat bepergian, hehe.

Sebetulnya tidaklah terlalu mengherankan Travis kembali dengan album yang bisa dibilang sangat baik, karena sekali lagi Nigel Godrich ikut membantu band asal Glasgow, Skotlandia ini dalam merampungkan album mereka, walaupun memang Godrich tidak sepenuhnya menjadi produser untuk album ini seperti dalam “The Man Who” ataupun “The Invisible Band”. Album “The Boy With No Name” ini diproduseri oleh Travis sendiri dan Steve Orchard (seperti dalam “12 Memories”), namun Godrich ikut membantu dalam beberapa track di album ini. Dan coba saja dengarkan lagu-lagu yang diproduseri oleh Godrich, Anda tidak akan hanya mendengarkan, namun juga ikut merasakan keseluruhan nuansa yang dibangun oleh Godrich, sehingga Anda akan merasa terbawa ke dunia mereka

Album ini juga terkesan lebih ceria dibanding tiga album terakhir mereka. Walaupun secara keseluruhan lirik dalam album ini lebih gelap dan sinis, serta penuh rasa kecewa dan kehilangan, namun dari segi musik album ini lebih terasa bersemangat. Tidak ada lagi lagu sedih terisak-isak seperti ”Luv”, ”The Cage”, ataupun “Paperclips”.

Bahkan ada satu lagu yang sangat upbeat, yaitu ”Selfish Jean”. Travis jarang sekali membuat lagu yang bisa membuat orang melompat-lompat karena euforia, jadi lagu yang satu ini memang jadi kejutan yang menyenangkan di albumnya. Sepertinya Travis tidak pernah lagi membuat lagu dengan beat seperti ini sejak lagu ”Happy” dari album pertama mereka ”Good Feeling”. Namun tidak seperti ”Happy” yang liriknya segembira dengan musiknya, lirik dalam ”Selfish Jean” penuh dengan kekecewaan dan kekesalan (baca: gondok).

Dan bagi Anda yang kadang merasa jengah dengan lengkingan vokal Fran Healy (terutama di album ”Good Feeling”), jangan khawatir! Kemampuan olah vokal Fran telah jauh lebih baik dalam album ini. Mulai dari tone yang lembut dan tenang, datar dan rendah, sampai yang berteriak-teriak, semuanya dinyanyikan dengan apik oleh Fran Healy. Selain itu dalam album ini mereka mendapat bantuan vokal dari KT Tunstall dan Julia Stone.

Secara keseluruhan, album ini memang tidak sespektakuler album “The Man Who”, tapi album ini akan mencoba membawa Anda ke jalur nostalgia dan kembali ke masa-masa kejayaan Travis di akhir dasawarsa 90-an. Kalau Anda seorang penggemar berat Travis, Anda bisa mengalami beberapa déjà vu saat mendengarkan album ini. Lebih lanjut mengenai hal ini akan dibahas di bagian review track by track.

.track by track.

  1. Three Times and You Lose
    Lagu ini sepertinya sama membosankannya dengan lagu “Dear Diary”. Seharusnya lagu ini janganlah dijadikan lagu pembuka di album, lebih baik dijadikan lagu kedua atau diletakkan di posisi tengah.Yang pasti lagu ini terasa sangat timpang apabila dibandingkan dengan lagu selanjutnya.
  2. Selfish Jean
    Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, lagu ini sepertinya menjadi bintang dalam album Travis ini. Selain karena beatnya yang tidak seperti yang biasa dibawakan oleh Travis, tapi cara Fran membawakan lagu ini sepertinya bisa menarik emosi mereka yang mendengarkannya. Lagu yang cukup menghentak ini memang dijadikan single kedua mereka, dan seperti biasa, Travis memiliki cara yang unik dalam berpromosi. Coba saja buka
    www.selfishjean.com, dan di sana dapat ditemukan web tempat pengakuan dosa-dosa Anda yang merasa egois (selfish), ataupun melaporkan kejadian di sekitar Anda yang dianggap selfish.
  3. Closer
    Entah apakah ini disengaja atau tidak, tapi memang sepertinya perbedaan beat antara lagu satu ke berikutnya terlalu besar. Setelah lagu “Selfish Jean” yang bisa membuat orang berdansa ria dengan keadaan setengah galau, maka Anda akan mendengar lagu ini diputar berikutnya. Tentu sangatlah berbeda, baik dari segi musik maupun lirik. Padahal lagu ini juga merupakan salah satu lagu terbaik dalam album ini. Hanya saja terlalu lembut apabila disandingkan dengan lagu sebelumnya. Namun bagi orang-orang sensitif dan sentimentil, lagu ini sepertinya akan segera mendirikan bulu kuduk anda dan memberi anda “the butterfly in your stomach kind of thing”. Oya, Travis juga sempat membuat kuis khusus dalam rangka peluncuran single ini.
  4. Big Chair
    Lagu ini dibuka dengan suara bass yang cukup catchy, lalu disusul dengan permainan drum yang tidak kalah menariknya. Suara piano dan keyboard cukup kuat dalam lagu ini, sehingga membuat lagu yang liriknya ditulis oleh Fran dan Dougie (bass) ini.
  5. Battleships
    Salah satu lagu lembut yang menyenangkan. Instrumen banjo yang digunakan mengingatkan akan beberapa lagu dari “The Invisible Band” seperti “Sing” dan “Flowers in the Window”.
    Dalam lagu ini Fran dibantu oleh Julia Stone, yang juga berada dalam satu label dengan Travis (Independiente).
  6. Eyes Wide Open
    Lagu ini sedikit mengingatkan pada lagu “Writing To Reach You”. Aba-aba 1-2-3-4 oleh Fran, serta cara bermain gitar yang mirip pada awal kedua lagu. Bagian pertama dari lagu ini juga sepertinya mirip dengan “Flowers in the Window”, terutama dengan versi akustiknya yang pernah dibawakan di MTV Asia Session tahun 2001.
  7. My Eyes
    Kabarnya, album ini dinamakan ‘The Boy With No Name’ karena saat itu pasangan Fran, Nora, baru saja melahirkan.
    Fran yang belum memberi nama bayinya mengirim foto anak laki-lakinya itu ke teman-temannya via email, bertuliskan “The Boy With No Name”. Dan seperti pria-pria lain yang baru saja menjadi ayah, pengalaman tersebut memberi pengaruh yang cukup kuat bagi Fran. Lagu ini sepertinya menjadi salah satu lagu yang terinspirasi oleh kelahiran bayi tanpa nama itu.
  8. One Night
    Didengar dari riff gitar dan birama waltzy ¾ yang dipakai, lagu ini menjadi terdengar seperti “Love Will Come Through”, sebuah tipikal dari lagu-lagu yang termasuk dalam “12 Memories”, dengan nuansa sedikit gelap dan terdengar seperti lagu-lagu “perjuangan” yang dikumandangkan sejumlah aktivis/musisi pop.
  9. Under The Moonlight
    Lagu ini memiliki nuansa yang mirip dengan “Follow The Light” di album “The Invisible Band”. Sangat cucok sebagai pengantar berdansa ice-skating di atas air danau yang membeku di bawah siraman sinar bulan purnama dan bintang-bintang yang tersebar di langit malam yang cerah.
  10. Out in Space
    Simple and sweet.
    Mungkin kedua kata itu sudah cukup untuk menjelaskan lagu ini. Bukan suara-suara warp atau synth-synth elektronik yang membuat Anda merasa dikirim ke luar angkasa.Cukup warm pad lembut dan dentingan-dentingan xylophone ringan.
  11. Colder
    Lagu ini juga menjadi lagu yang cukup unik di dalam album. Lagu yang apik ini juga diselingi suara-suara dari vocoder, membuat kesan dingin secara elektronik namun sedikit kurang pas dengan nuansa folk-pop Travis. Permainan drum Neil Primrose juga sekali lagi sangat catchy di lagu yang satu ini.
  12. New Amsterdam
    Dalam lagu ini Travis menyebutkan sejumlah tokoh seni, seperti Jean Paul Basquiat dan Robert De Niro. Selain itu mereka juga menyebutkan judul film “Paris, Texas”, dimana mereka mendapatkan nama Travis untuk band mereka dari film tersebut.
    Lagu “New Amsterdam” ini juga terdengar seperti “Humpty Dumpty Love Song”, terutama di bagian drum intro-nya. Namun dengan lirik yang tidak ‘hancur-lebur’ seperti Humpty Dumpty si manusia telur.

hidden track: 13. Sailing Away
Apalah Travis tanpa hidden track. 
Ya, mereka selalu memberikan hidden track pada album keluaran genap mereka. Jadi pada album kedua (The Man Who), keempat (12 Memories), dan akhirnya album ini. Sayang, lagu “Sailing Away” ini hanya dijadikan hidden track. Padahal lagu ini termasuk lagu yang sangat enak didengar. Apalagi untuk menemani lamunan Anda di pinggir sungai kecil di saat minum teh. Jadi, lagu ini memang patut untuk disimak. Bersabarlah sedikit setelah lagu terakhir, dan pada menit ke 5:51, Anda akan menemukan lagu tersembunyi ini.

(Originally written for Bystanders Zine, December 2007)