Sekitar sebulan berlalu dan kami mendapat pengumuman bahwa Mathias Muchus dan Richie Ricardo lulus audisi. Begitu pula dengan Disco in Disguise (waktu itu saya belum bergabung dengan mereka). Sebetulnya acara audisi itu adalah cikal bakal kelahiran Disco in Disguise, hehe. Tapi sayang, akhirnya acara tersebut gagal diselenggarakan entah kenapa.
Mathias Muchus pun mulai iseng-iseng berhadian mengikuti sejumlah audisi, terutama untuk acara pensi SMA. Tapi sayang, di tengah perjalanan, Kiko memutuskan untuk meninggalkan Mathias Muchus dan lebih berkonsentrasi ke Richie Ricardo. Sempat kebingungan karena sulitnya mencari pengganti yang dapat memainkan pattern-pattern bass swing-jazz yang cukup sulit, akhirnya kami menemukan seorang pemain bass (yang kala itu juga menjadi salah satu penghuni tetap studio), yang bernama Faruli, atau lebih akrabnya dipanggil Pacul.
Selain itu, penghuni studio yang lain, Irfan Iswadhi atau yang sering dipanggil Anjaz – atau saya lebih sering memanggilnya dengan sebutan ‘mbah’ – juga bersedia menjadi manager kami. Yah memang kami dari jurusan dan angkatan yang berbeda-beda jadi jadwal kuliahnya juga beda. Kecuali saya dan ‘Mo yang sudah memasuki tahun terakhir kuliah dan bisa meluangkan waktu dengan bebasnya.
Kami mulai mengisi waktu-waktu luang kami dengan ngulik dan latihan sejumlah lagu-lagu dari Robbie Williams (yang dari album “Swing When You’re Winning”, tentunya), Frank Sinatra, dan Louis Armstrong.
Suatu hari, saat kami ingin mengikuti audisi di sebuah pensi, kami memutuskan untuk mengganti nama kami. Yah, karena kebetulan kami sedikit merasa tidak enak juga, kalau-kalau band kami dituntut oleh yang punya nama, hehe. Setelah mengutak-atik inisial dari panggilan kami masing-masing, akhirnya kami memutuskan untuk memberi nama F MINOR, ST. Ya, masih dengan ‘gelar’ ST itu, haha.
Singkatan dari F MINOR itu sendiri adalah sebagai berikut:
F = Faruli
M = Mo
I = Irawan
N = aNjaz — heuheuheu yang ini sedikit maksa, tapi memang anjaz suka dipanggil njaz koq!
O = Oxal
R = Rhoe — panggilan dari Daru
Dan karena kami serius sekali dengan proyekan musik kami itu, kami pun jadi ‘niat’. Kami selalu mengenakan kemeja, dasi, dan jas tiap kali kami tampil. Dan bahkan dulu saya pakai rok! Cuma tetep aja sih pake sepatunya converse, hehehe…
Hampir setiap minggu kami berjuang dari satu audisi ke berikutnya. Sebagian besar kami berhasil lolos, tapi ada juga yang tidak. Yah, namanya juga iseng-iseng berhadiah.
Setelah satu tahun berlalu, akhirnya saya harus berpisah juga dengan band ini. Saya lulus kuliah dan harus kembali ke Jakarta – hiks! Mereka sempat terus berjalan, dengan keyboardis baru dan bahkan menambah pianis juga. Tapi sepertinya keadaan makin sulit. Karena semuanya mulai sibuk dengan kuliahnya masing-masing, dan para ‘junior’ – Ir, Pacul, dan Daru – juga mulai dikejar deadline untuk segera lulus kuliah. Apalagi ‘Mo! – heuhuheue… peace ya ‘Mo! 😉
Dan saat ‘Mo diwisuda bulan lalu, akhirnya kami berkesempatan untuk bereuni juga. Membawakan lima lagu, “Beyond The Sea”, “Mack The Knife”, “Raindrops Keep Fallin’ On My Head”, “LOVE”, dan “My Way”, mereka tampil dengan baik sekali. Ya, mereka, kecuali saya! hahahaha… Saya tidak bisa membawa keyboard kesayangan saya, dan tampil ‘akustik’ dengan pianika, hehe. Maaf ya teman-teman saya telah bermain mengecewakan.. huhuhuuu… But I admit that I had one of the greatest time of the year that day! Yiiipppeee!!!